Senin, 25 Mei 2015

PKQ Kalteng Bekerjasama dengan BKPRMI Kota Palangka Raya Gelar daurah Tahsîn Tartîl Al-Qur’an “Metode Maisûrâ”

Kategori: , ,

Pusat Kajian Qur'an (PKQ) Kalimantan Tengah bekerjasama dengan Dewan Pengurus Daerah Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia ( DPD BKPRMI) Kota Palangka Raya dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya Menggelar Workshop dan Pelatihan Tahsin Tartil dengan menggunakan Metode Maisura di Aula perpustakaan IAIN Palangka Raya, sabtu (23/5).

Pelatihan yang diikuti sebanyak 75 peserta ini digelar selama 2 (dua) hari yaitu dari tanggal 23 sampai 24 Mei 2015. dengan peserta terdiri dari satu orang perwakilan setiap unit-unit TPA, mahasiswa, dosen, guru-guru agama dan para Qori Qori'ah.
Pelatihan tahsin tartil Al Qur'an yang merupakan pelatihan tahsin kali ketiganya ini disampaikan langsung oleh penemu metode Maisura yaitu Dr. KH Ahmad Fathoni, Lc, MA, beliau adalah guru besar Istitut PTIQ Jakarta, IIQ Jakarta, Institut Kulliyatul Qur’an DEPOK ( seluruh mahasiswa harus sudah hafal 30 juz ), LBIQ – DKI Jakarta, dan Anggota Lajnah Pentashihan A-Qur’an Kementerian Agama RI sejak tahun 1990, beliau mempelajari Alquran dengan sanad ke-31 dari Rasulullah SAW.
Diantara keistimewaan metode Maisura dari metode-metode lainya yang sudah ada yaitu:
  1. Ibarat mengobati penyakit, metode ini langsung tertuju pada sasaran yang akan diobati.
  2. Sangat bagus diikuti oleh pengajar Al-Qur’an, guru ilmu tajwid, para imam shalat, qari’-qari’ah, hafizh-hafizhah, para Dewan Hakim MTQ/STQ bidang Tajwid atau Fashahah, dan para pecinta Al-Qur’an yang ingin memperbaiki dan meningkatkan kualitas bacaan tartilnya sehingga mencapai tartil opimal.
  3. Biasanya pembaca Al-Qur’an sangat rajin mengoreksi atau mencari kasalahan bacaan orang lain, namun insyaallah setelah mengikuti pelatihan metode ini mereka akan menjadi rajin mengoreksi bacaannya sendiri.
  4. Peserta yang sudah bagus bacaan Al-Qur’an-nya akan tahu bahwa bacaannya sudah bagus, dan bila bacaannya belum atau tidak bagus akan tahu bahwa bacaannya belum atau tidak bagus.
  5. Peserta akan mampu membaca dan mengajar bacaan Al-Qur’an baik mempergunakan mushaf terbitan Indonesia maupun Timur Tengah.
  6. Peserta akan lebih tertib (konsisten) dalam periwayatan dan thariq paket bacaan yang digunakan di Indonesia (riwayat Hafsh dari Imam ‘Ashim dan thariq asy-Syathibiyyah)
  7. Tahsin Tartil Al-Qur’an Praktis “Metode Maisura” adalah metode pertama, terbaru, dan satu-satunya di Indonesia khusus untuk memberbaiki dan mengoptimalkan kualitas tartil Al-Qur’an.


Menurut beliau dalam membaca al Qur'an kita harus berpegang atau menggunakan satu tariq saja dan tariq yang beliau ajarkan yaitu tariq asy-syaitibiyyah yang merupakan jalur periwayatan bacaan Al-Qur'an yang diplih, dibakukan dan dipopulerkan oleh imam syatibiy (538H-590 H/ 1143M-1194 M).
Bahasan pokok Metode Maisura, di antaranya, hal makhârij dan shifâtul huruf, hukum tertentu bab ahkâmul hurûf, penyederhanaan dan pelurusan bab ahkâmul madd sesuai riwâyat Hafsh tharîq asy-Syâthibiyyah termasuk praktek bacaan fawâtihus suwâr (awal-awal sûrah), praktek bacaan idghâm shaghîr, praktek bacaan tafkhîm/tebal dan tarqîq/tipis huruf hijaiyyah, waqaf dan ibtidâ’, teori dan praktek musykilâtul kalimât, dan perbedaan tanda baca mushaf terbitan Indonesia dan Timur Tengah.

Diharapkan dalam pelatihan ini para peserta dapat mendapat ilmu tentang membaca al Qur'an secara optimal sebagaiman yang tertuang dalam surah al-Muzzammil ayat 73 "Bacalah al-qur'an dengan tartil yang optimal". artinya perintah membaca al-Qur'an bukan sekedar "tartil" akan tetapi dengan tartil yang benar-benar berkualitas, tidak ada lagi lahjah atau dialek daerah dan suku bangsa tertentu mempengaruhi ranah bacaan Al-Qur’an di samping itu, mereka akan mempunyai kesadaran apabila bacaan mereka sudah mencapai kualitas tartil yang optimal – mereka akan tahu betul bahwa bacaannya sudah memenuhi syarat baik teori, praktik, plus rujukannya. Demikian pula sebaliknya yaitu apabila mereka kurang/tidak tepat di dalam teori (definitif), praktik, atau  teori dan praktik ataupun boleh jadi tidak tahu referensinya – maka mereka juga akan sadar bahwa kualitas bacaan tartilnya kurang memenuhi syarat.

0 komentar:

Posting Komentar